Sukabumi, RN. Isu pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak memuaskan akan berdampak buruk kepada pencitraan suatu dinas/instansi, ...
Sukabumi, RN.
Isu pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak memuaskan akan berdampak buruk kepada pencitraan suatu dinas/instansi, dalam hal kaitan ini khususnya Dinas Kesehatan.
Baru-baru ini (7/2) isu pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukabumi telah santer diperbincangkan oleh masyarakat, karena Bupati Sukabumi dalam hal ini Drs. H. Marwan Hamami, M.M. telah memberikan ultimatum kepada Dinas Kes¬ehatan Kabupaten Sukabumi atas laporan dan keluhan dari warga, agar Dinas Kesehatan segera melakukan perbaikan lintas sektoral terutama menyangkut masalah pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas.
"Pada intinya masyarakat harus mendapatkan pelayanan baik dari Puskesmas, karena masih ada laporan yang kurang sedap bagi saya selaku pucuk pimpinan di Kabupaten Sukabumi. Jadi Dinas Kesehatan ataupun Puskesmas harus meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, itu permintaan saya,” katanya.
Masih menurut Marwan, perubahan menjadi suatu keharusan di tubuh Dinas Kesehatan. Mengingat kesehatan dan pendidikan merupakan first line dari pemerintah yang selalu disoroti oleh masyarakat, media massa, dan LSM. "Jadi bukan hanya slogan saja yang baik, tetapi upaya perbaikan dan kinerja yang baik secara bersama oleh seluruh jajaran harus terus ditingkatkan demi kemajuan Kabupaten Sukabumi yang lebih baik lagi.
Bupati mencontohkan, meskipun tidak selamanya salah, sebelumnya ada kasus di daerah Kecamatan Warungkiara, makanya peranan puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Termasuk di dalamnya memberikan informasi yang benar dan tepat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga tidak berdampak negatif pada opini yang tidak mendidik.
"Meskipun hanya sebatas informasi, kasus kemarin harus menjadi catatan penting untuk perbaikan. Dimana, menampung informasi dari masyarakat harus diterima dan memberikan penjelasan mengenai layanan kesehatan dengan sejelas-jelasnya, agar masyarakat mengerti," katanya.
Ditambahkan Bupati, bahwa di desa juga sudah ada bidan. la meminta, peranannya juga lebih diperluas tidak hanya mengurusi persalinan saja. Tetapi diminta juga untuk menjadi intelijen dalam mencatat kondisi kesehatan di wilayahnya masing-masing. "Kalau tidak mengikuti aturan terutama bagi PNS, maka saya tidak segan-segan akan memindahkan ataupun bila perlu memecatnya, begitu aja kok repot," tegasnya.
Di tempat terpisah, menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Ibu Tia Fatimah mengklaim, bahwa kasus yang dialami Ujang bukan merupakan gizi buruk. Melainkan itu hanya merupakan penyakit talasemia atau dapat dijelaskan semacam penyakit genetik yang menyebabkan kelainan pada sel darah merahnya.
"Akibatnya anak selalu kekurangan darah atau anemia, yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin. Pada talasemia yang berat, anak harus melakukan tranfusi da¬rah seumur hidupnya. Penyakit seperti yang ditemukan di Warungkiara tersebut, itu efek dari penyakit penyertanya," jelasnya.
Sementara menurut Wartawan Radar Nusantara, bahwa di desa/kelurahan pun peran perangkat pemerintah terbawah dalam hal ini RT/RW dan masyarakat harus cepat tanggap kalau ada masyarakatnya yang menderita gizi buruk atau menderita penyakit rawan lainnya, agar segera dibawa ke tempat pusat kesehatan terdekat demi menyelamatkan jiwa penderita,” jelasnya
Ditambahkan Wartawan Radar Nusantara, bahwa akibat dari kejadian yang menimpa Ujang (Almarhum) sehingga termuat dan terpublikasi ke media massa, maka Soliaritas Mahasiswa Sukabumi (SOMASI) yang dikoordinir oleh Riandi Alghazali telah mengadakan demo ke Dinas Kesehatan untuk mengkonfirmasi sekaligus memberikan pernyataan tegas, diantaranya: 1) Jangan adalagi kasus busung lapar di Kabupaten Sukabumi, 2) Audit anggaran gizi buruk di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 3) Evaluasi Dinas Kesehatan dan seluruh jajarannya, dan 4) Kepala Dinas Kesehatan turun dari jabatannya,” begitu pinta SOMASI saat demo.
Dari aksi demo SOMASI, pihak Kepolisian telah sigap menjaga dan mengamankan takut-takut ada aksi demo yang anarkis, sehingga akan merugikan semua pihak. Kepolisian tersebut diterjunkan dari Polsek Cisaat, Dalmas Pores Sukabumi Kota, namun kondisi dan situasi tetap kondusif dan berjalan aman. (H.M. Husaeni/Erick)
Isu pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak memuaskan akan berdampak buruk kepada pencitraan suatu dinas/instansi, dalam hal kaitan ini khususnya Dinas Kesehatan.
Baru-baru ini (7/2) isu pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukabumi telah santer diperbincangkan oleh masyarakat, karena Bupati Sukabumi dalam hal ini Drs. H. Marwan Hamami, M.M. telah memberikan ultimatum kepada Dinas Kes¬ehatan Kabupaten Sukabumi atas laporan dan keluhan dari warga, agar Dinas Kesehatan segera melakukan perbaikan lintas sektoral terutama menyangkut masalah pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas.

Masih menurut Marwan, perubahan menjadi suatu keharusan di tubuh Dinas Kesehatan. Mengingat kesehatan dan pendidikan merupakan first line dari pemerintah yang selalu disoroti oleh masyarakat, media massa, dan LSM. "Jadi bukan hanya slogan saja yang baik, tetapi upaya perbaikan dan kinerja yang baik secara bersama oleh seluruh jajaran harus terus ditingkatkan demi kemajuan Kabupaten Sukabumi yang lebih baik lagi.
Bupati mencontohkan, meskipun tidak selamanya salah, sebelumnya ada kasus di daerah Kecamatan Warungkiara, makanya peranan puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Termasuk di dalamnya memberikan informasi yang benar dan tepat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga tidak berdampak negatif pada opini yang tidak mendidik.
"Meskipun hanya sebatas informasi, kasus kemarin harus menjadi catatan penting untuk perbaikan. Dimana, menampung informasi dari masyarakat harus diterima dan memberikan penjelasan mengenai layanan kesehatan dengan sejelas-jelasnya, agar masyarakat mengerti," katanya.

Di tempat terpisah, menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Ibu Tia Fatimah mengklaim, bahwa kasus yang dialami Ujang bukan merupakan gizi buruk. Melainkan itu hanya merupakan penyakit talasemia atau dapat dijelaskan semacam penyakit genetik yang menyebabkan kelainan pada sel darah merahnya.
"Akibatnya anak selalu kekurangan darah atau anemia, yang ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin. Pada talasemia yang berat, anak harus melakukan tranfusi da¬rah seumur hidupnya. Penyakit seperti yang ditemukan di Warungkiara tersebut, itu efek dari penyakit penyertanya," jelasnya.
Sementara menurut Wartawan Radar Nusantara, bahwa di desa/kelurahan pun peran perangkat pemerintah terbawah dalam hal ini RT/RW dan masyarakat harus cepat tanggap kalau ada masyarakatnya yang menderita gizi buruk atau menderita penyakit rawan lainnya, agar segera dibawa ke tempat pusat kesehatan terdekat demi menyelamatkan jiwa penderita,” jelasnya
Ditambahkan Wartawan Radar Nusantara, bahwa akibat dari kejadian yang menimpa Ujang (Almarhum) sehingga termuat dan terpublikasi ke media massa, maka Soliaritas Mahasiswa Sukabumi (SOMASI) yang dikoordinir oleh Riandi Alghazali telah mengadakan demo ke Dinas Kesehatan untuk mengkonfirmasi sekaligus memberikan pernyataan tegas, diantaranya: 1) Jangan adalagi kasus busung lapar di Kabupaten Sukabumi, 2) Audit anggaran gizi buruk di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, 3) Evaluasi Dinas Kesehatan dan seluruh jajarannya, dan 4) Kepala Dinas Kesehatan turun dari jabatannya,” begitu pinta SOMASI saat demo.
Dari aksi demo SOMASI, pihak Kepolisian telah sigap menjaga dan mengamankan takut-takut ada aksi demo yang anarkis, sehingga akan merugikan semua pihak. Kepolisian tersebut diterjunkan dari Polsek Cisaat, Dalmas Pores Sukabumi Kota, namun kondisi dan situasi tetap kondusif dan berjalan aman. (H.M. Husaeni/Erick)
COMMENTS