Ninik Mamak Kesal Akan Aksi Masyarakat Adatnya, Kapolres Kampar Panggil Ninik Mamak

Bangkinang, RN Perkebunan Kelapa Sawit tanah ulayat Kenegerian Lipat Kain yang terletak di wilayah Desa Lipat Kain Selatan Kec.Kampar Kir...

Bangkinang, RN
Perkebunan Kelapa Sawit tanah ulayat Kenegerian Lipat Kain yang terletak di wilayah Desa Lipat Kain Selatan Kec.Kampar Kiri Kab.Kampar yang dulu awalnya dikelola Ninik Mamak bersama Pihak Perusahaan yang berusaha dibidang Perkebunan Kelapa Sawit, yakninya PT Ganda Buanindo (GBI) ini diduduki Kelompok Masyarakat yang tak lain adalah Anak Kamanakan Adat Kenegrian Lipat Kain sejak 2 (dua) Bulan belakangan. Kondisi ini membuat sembilan Ninik Mamak di Kenegerian Lipat Kain itu kecewa dan kesal.

Pasalnya, lahan Kelapa Sawit itu tidak hanya diduduki oleh Masyarakat adat Ninik Mamak itu sendiri. Namun, Kebun Kelapa Sawit tersebut, dipanen sepihak sejak dua bulan terakhir oleh masyarakat adatnya yang tak lain Anak Kamanakan Ninik Mamak Kenegrian Lipat Kain itu sendiri.

Dikutip, dari trubun Pknbaru
, Kelompok Masyarakat Kenegrian Lipat Kain itu dibantu oleh salah satu OKP yang ada di Kabupaten Kampar. Kekecawaan dan Kekesalan dari Ninik Mamak Kenegrian Lipat Kain itu terlihat saat mereka melakukan jumpa pers, Senin malam (25/6/2018) lalu.

Diinformasikan, Seharian 9 (sembilan) Ninik Mamak Kenegrian Lipatkain berada di Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Kampar saat dimediasi dengan kelompok aksi panen massal tersebut, yang diduga dari pihak Kelompok Masyarakat Adat yang menduduki lahan perkebunan kelapa sawit yang berada di jalan menuju sungai segati itu.

Salah seorang Ninik Mamak‎ Kenegrian Lipat Kain, Abdul Manan mengatakan kepada wartawan, "Lebih kuarang Sudah sebulan 10 hari panen massal tersebut dilakukan," ungkap seorang perangkat Ninik Mamak ini.

Selanjutnya, Salah seorang Anak Kemanakan yang menjadi Juru Bicara Ninik Mamak, Warzukni mengatakan, pertemuan itu atas undangan Kepala Polres Kampar, yang kini dijabat AKBP Andri Ananta Yudhistira SIK.

"Sebelumnya, antar anak kemenakan nyaris bentrok di lokasi saat Kapolres ingin memediasi konflik agar didapatkan titik terang. Namun pertemuan itu berujung buntu." Kata Warzukni.

Pantauan wartawan saat jumpa pers tersebut, Kelompok pemanen massal ingin mengelola lahan sekitar 300 hektare lebih tersebut dengan membentuk koperasi. Sedangkan kebun dikelola oleh Yayasan Ninik Mamak Kenegrian Lipat Kain sejak awal dibangun 2005 silam.

"Nggak mungkin dengan koperasi. Kalau koperasi, pasti lahan akan dibagi kepada anggota. Sementara anak kemenakan ada 3000-an KK. Nggak cukup," imbuh Warzukni lagi.

Diakhir pertemuan saat itu, Kapolres Kampar meminta agar Ninik Mamak berembuk dengan Anak Kemenakan Kemenakan Kenegrian Lipat Kain terkait penyelesaian sengketa tentang Lahan Perkebunan Kelapa Sawit yang sekarang diduduki oleh Anak Kemanakan dari Ninik Mamak Kenegrian Lipat Kain itu sendiri. Sedangkan OKP akan diurus oleh Polres dengan caranya sendiri.

Warzukni mengaku, "konflik ini merusak tatanan sosial anak kemenakan, Aktivitas Yayasan terganggu sebab yayasan dibentuk sebagai perpanjangtangan Ninik Mamak untuk mensejahterakan Anak Kemenakan Kenegrian Lipatkain." Tutur Pria berlatar belakang Pengusaha Asal Lipat Kain ini.

"Hasil panen kebun yang dikelola yayasan bukan untuk dibagikan. Tapi seperti insentif Ninik Mamak, honor guru-guru ngaji, perangkat adat, pengurus masjid dan kegiatan sosial lainnya," tambah Warzukni.

Ucapnya mencontohkan, "Karena yayasan membagi sedikit hasil produksi kepada anak kemenakan setiap Lebaran Idul Fitri, paling tidak cukup untuk membayar Zakat Fitrah."

Senada disampaikan Budi Haryanto, seorang anak kemenakan dari Kenegrian Lipatkain itu menambahkan, "hasil produksi kebun kelapa sawit yang dikelola yayasan bahkan berhasil sudah mendirikan sebuah Masjid Raya termegah di Kampar Kiri." imbuh Budi.

Sejarah yayasan tersebut, terlahir untuk mengelola kompensasi lahan dari PT GBI (ganda buanindo). Kompensasi pertama pernah diberikan PT GBI kepada Kenegerian Lipat Kain sebesar Rp. 300 juta pada tahun 1998-1999 silam. Merasa belum cukup, masyarakat kenegrian pun menuntut kompensasi perkebunan diatas lahan.

"Bukan koperasi. CV atau PT. Maka dibuatlah Yayasan," ujar pria kelahiran Lipat Kain yang bergelar Doktor tersebut.

Pembentukan yayasan tidak menghilangkan peran Ninik Mamak sebagai pemilik Tanah Ulayat. Ninik Mamak dari sembilan persukuan diangkat sebagai Dewan Penasihat dan Pendiri, Pengurus diisi keterwakilan tiap persukuan. Ninik Mamak Kenegrian Lipat Kain pun bersatu dengan yayasan yang didirikan tersebut.

Meski secara administrasi kewilayahan, Kenegerian Lipat Kain sudah mekar menjadi 4 (empat) desa dan 1 (satu)kelurahan pemerintahan kecamatan kampar kiri, namun struktur Adat Istiadat Kenegrian Lipat Kain tetap satu kenegrian.

"Kebun Sawit bagian dari Tanah Ulayat adalah milik Ninik Mamak. Dimana peruntukannya demi kesejahteraan masyarakat adat." tandas Kuni (sapaan kecil pria bergelar doktor ini).

Ia (warzukni) meminta Pihak Polres Kampar untuk bertindak, sebab Konflik ini mesti cepat diakhiri agar tidak terjadi bentrok fisik antar warga masyarakat adat Kenegrian Lipatkain

"Kalau tidak ada solusi, Ninik Mamak akan tempuh jalur hukum dan ninik mamak bisa melaporkan dugaan aksi pencurian diatas lahan perkebunan kelapa sawit tersebut," pungkas Warzukni.(Tim RN)