Kepala Madrasah Ibtidaiyah Dilaporkan, Guru Menghalangi Jurnalis ?

Lampung Timur, RN.  Bad (38) orangtua siswi melapor ke Kepolisian Sektor Sekampung minggu pertama Februari 2019. Peristiwa yang dilapork...

Terdapat Defisit Raperda APBD Lamtim 2019 Disahkan

Sekda Lamtim : "Ujung Tombak Pelayanan Sesungguhnya Dikecamatan"

Puting Beliung Menyapu Atap SDN 1 Pasar Sukadana.

Lampung Timur, RN. 
Bad (38) orangtua siswi melapor ke Kepolisian Sektor Sekampung minggu pertama Februari 2019. Peristiwa yang dilaporkan Bad waktu kejadian pada 3 November 2018 sekitar jam 8:30 WIB pagi. Tempat kejadian di ruangan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Maarif Nahdlatul Ulama Sekampung sehingga terjadi pencabulan terhadap anak dibawah umur. Terlapor berinisial Jam (42) berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama disertai 2 orang saksi berinisial MZ dan ibu guru berinisial Mu.

Orangtua korban berinisial, MB saat dikonfirmasi berharap peristiwa yang menimpa putrinya tidak terekspos karena menyangkut psikologi.

"Sebenarnya saya keberatan mau cerita masalah pribadi yang menimpa anak saya, apalagi menyangkut psikis anak saya",kata MB Jumat, 15/2 jam 10:15 WIB yang ditemui saat melihat mobilnya sedang di service di salah satu bengkel.

Perihal tersebut telah dilaporkannya ke Kepolisian Sektor (Polsek) Sekampung dan juga dikuasakan ke Pengacara dari Bandar Lampung.

"Masalah ini sudah dilaporkan silahkan ke Polsek dan juga sudah diserahkan ke pengacara dari Bandar Lampung",tambahnya.

Seorang tenaga kependidikan Tata Usaha Madrasah Ibtidaiyah Maarif Nahdlatul Ulama Sekampung berinisial, WN mendengar isu sekaligus dugaan perbuatan cabul atas 3 siswi kelas 5 dan sudah berpindah tempat sekolah.

"Saya cuma dengar isu, korbannya ada 3 siswi masih kelas 5 tapi sudah pindah ke sekolah lain",kata WN.

Ketika WN sedang membuka buku daftar dan menyebutkan nama ketiga siswi korban perbuatan cabul, masuk seorang ibu guru berinisial, Mu yang terindikasi menghalangi - halangi bahkan marah dengan cara membanting buku di meja.

"Saya ingin ngasih tau aja, kalau nggak tau masalah nggak usah ngomong - ngomong. Saya nggak tau masalah apa - apa, jadi nggak ngerti apa - apa, anaknya udah nggak disini",ketus sang ibu guru.

Ketika MB orangtua korban melapor ke Kepolisian Sektor Sekampung, terdapat 2 orang saksi. Sedangkan Mu ibu guru itu menjadi saksi kedua. Akan tetapi dirinya berkelit tidak pernah menjadi saksi.

"Saya nggak pernah dipanggil jadi saksi dan nggak pernah dipanggil ke kantor Polisi, nggak tau kalau jadi saksi",kelitnya.

Pada akhirnya, Mu mengakui apabila dirinya mengetahui peristiwa pencabulan tersebut setelah siswi sebagai korban dipindahkan ke sekolah lain.

"Ya gini lo, saya taunyakan setelah ada berita, berita karena ada yang pindah, (apa sebab pindah) ya tadikan udah ngomong gitu",ungkapnya.

Selain terindikasi bertentangan dengan program yang dicanangkan atau digadang - gadang oleh Bupati Kabupaten Lampung Timur, yaitu program ramah anak, hal itu juga bertentangan dengan Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal 82 Ayat (2) "Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orangtua, wali, pengasuh anak, pendidik atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1). (ropi).
(Rop).