Warga Tulungagung Berjalan Mundur Menuju Istana Negara

Tulungagung, RN Medi Bastoni (43) warga Dusun Dono RT/RW 02/01 Desa Dono Kec. Sendang Kab. Tulungagung berjalan mundur menuju Istana Negara...

Pembagian BPNT di Kecamatan Sendang Ini Tanggapan KPM, TKSK dan Agen Penyalur

Mall Tangguh Semeru Diresmikan

Forkopimda Resmikan Samsat Tangguh Semeru

Tulungagung, RN
Medi Bastoni (43) warga Dusun Dono RT/RW 02/01 Desa Dono Kec. Sendang Kab. Tulungagung berjalan mundur menuju Istana Negara.

mengenakan tas khusus yang dibuat dengan rangkaian pipa paralon kecil, dan berbentuk layaknya kaca mobil di depan muka Bastoni. Di bagian ini kemudian dipasang kaca kecil. Bastoni mulai berjalan mundur, dengan mengandalkan kaca ini.

Bastoni yang memiliki empat anak ini membulatkan tekadnya untuk berjalan mundur Tulungagung-Jakarta. Total jarak yang akan ditempuhnya mencapai 980 kilometer.

Jalur yang akan dilewati Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Solo, Semarang dan lewat Pantura.

Sudah tujuh kali Medi melakukan aksi jalan mundurnya.

Namun, jarak paling jauh hanya 73 kilometer, dari alun-alun Tulungagung ke puncak Gunung Wilis.

Aksi itu dilakukan saat HUT Kemerdekaan RIke-73 pada 2018 lalu.

Namun, untuk aksi kali ini bukan hanya memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-74 saja.

Medi mengaku ada misi khusus yang dibawanya.

“Kalau bisa dan diizinkan, saya mau ikut upacara bendera 17 Agustus di sana. Kalau tidak tembus, ikut upacara bendera di mana saja,” ungkap Medi.

Medi ingin bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan meminta kenang-kenangan pohon.

Dan nantinya akan ditanam di lereng Wilis Tulungagung yang dalam keadaan gundul.

“Saat ini para pegiat lingkungan tengah giat melakukan penghijauan. Bibit pohonnya sudah cukup dari hasil swadara para aktivis,” ungkap Medi.

Namun pohon dari Jokowi ini nantinya akan dijadikan ikon di lereng Wilis Tulungagung.

Pohon itu akan diberi nama pohon Pakde Jokowi.

Dengan nama itu, diharapkan generasi muda tertarik datang ke Wilis dan terlibat langsung dalam pelestarian hutan Wilis.

“Bukan hanya saya, warga di lereng Wilis dan generasi muda, semua harus peduli dengan alam Wilis. Saya berharap semua terlibat merawat kelestarian alam Wilis,” tegasnya.

Ditanya makna jalan mundur, Medi berfilosofi, dirinya mengajak sejenak melihat ke belakang, pada sejarah perjuangan bangsa.

Dalam perjalanan ini, total beban yang dibawanya 8 kilogram berupa logistik dan peralatan.

Sementara bekalnya hanya Rp 300.000.

Medi yakin, orang Indonesia baik hati dan mau membantunya sepanjang perjalanan. (prt/rhdn)