Lembata, NTT RN Lejaf polo slekef Eba serepa. Sgeresa eba alang supenga buk nae Manusa eba gejej dia dafang je kaj lolo Ujuk bukenen n...
Lejaf polo slekef
Eba serepa.
Sgeresa eba alang supenga buk nae
Manusa eba gejej dia dafang je kaj lolo
Ujuk bukenen nar beris
Ekan polo let polo puj
Mo gelen ma neka-neka
Kulukem nafaj sure tene
Mo pnua kam deng
Go tedek najaneg
Lelalab anak
Mo mar peret fem pnua
Ar nuaja polo gasuk
Ema Sika tobe re selerem smeking
Anakem Pou nar garesa knitom
Anakem Mia Tuli nar urus baura eka
Ama tuan Eman nan mene ne beg minyak suci
Go tobega re linem erit
Kar nenag mai aka kantarem mar tula tahun 1971 mo pereta....judul BASANO.
Mo be krumit fem gekaj si
Ema Sika nar kantara....
Basano....basano...basano....basano...
Basan Allah teti kelen tukan di belolon...
Ar te bong ema Sika nab ksuf ksafena
Ne gupanga kantar asen
Bo.....ama Kor....kab gupanga kantar kri...
Go maji ema Sika mai kantar nakre re nol mo solo. Mo no tata Deta Funga, tata Nesi Ose fe tata Tina Wuwur.
Ar so mab gupang pua kpa....
Mo be pnadok....
Be frengot si...
Ar maji tula tanganenmu...
Sof magunes...
Lejaf polo gab
Ke kantar di ema Sika gupanga asen.
Tobe ma kua manga
Ana raingej ri or keja ke
Ama Sintu ledoka ke gelena
Cucu cece moesa pua di dakri or keja ke
Ar ana fisa nafa lau lala
Ama Otu lame mujengen di nafa lau lala doak aka
Ke tobe mau kua manga
Aka bera prat
Ake doringa leja lalan
Loka lejaf man gapo man serepa loka no lalan
Anesa besol...moraj tobr saf kiro
Pnua sgel gekaj moraj ki
Dengera alapes je kofa lolo
Ema Oa Bribin no nene Kopong eka mai dad sup re prateng ki
Nafak tebena anakem nuja golu orem fuja.
Ke ma kua manga amaga.
Itulah deretan prosa daerah yang terungkap dari geliat rasa mata bathinku ketika mengunjungi mu di soreh itu Minggu 7/7-2019.. setidaknya memberi gambaran akan suasana di kamar itu.
Pertanyaanku terkait dengan lagu Basano (gloria) yang adalah salah satu hasil karyamu hanyalah sekedar mengeksplor karya-karyamu yang hingga kini belum terdokumentasi secara baik. Dari ingatan mama Maria Letek Sakeng yang juga adalah salah satu tenaga solo kala itu mengakan bahwa, lagu Basano adalah lagu yang pertama diguba oleh bapa Stani (StD Burin) sekitar tahun 1971 atau 1973. Lagu Basano adalah lagu Kirye.
Basano......basano....basano.....basano.
Basan Allah teti kelen tukan di belo......lon
Allah teti kelen tukan di belo...lon
So......ron......soron sare lodo ia lewo getan alan gole o....
So.....ron.....soron sare lodo ia lewo getan alan gole o.
Sollo :
Ti......te....sogaro
Allah di belo....lon
Allah teti kelen tukan
Allah teti kowa lo....lon
Sa.....re......soron tite ata diken tobo alan goleo...
Basano............
Lagu-lagu daerah gerejani yang digubah bapa Stani sapaan akrab StD Burin, biasanya satu paket liturgi mulai dari pembukaan hingga penutup. Tutur Letek Sakeng setelah menyanyikan lagu Basano.
Dalam satu paket lagu liturgi kadang full lagu dalam bahasa daerah dan kadang juga campuran dengan lagu dalam bahasa Indonesia. Kadang juga dalam satu buah lagu ada campuran kata lathin, daerah dan indonesia.
StD Burin memang seorang komponis kawakan yang lahir dari proses2 alami. Mengginakan diksi sastera daerah baik menggunakan gaya bahasa hyperbola maupun personifikasi atau kiasan maupun sejenisnya. Misalnya syair lagu "tobi nora bao doro gere..." merupakan dua tanaman beda katakter yang dapat bertumbuh bersama dan saling suport dimana beringin mendapat serpian kehidupan dari batang asam. Kemudian diajak untuk bersama-sama mempersembahkan diri kepada sang Khalik. Ini tercermin dalam syair berikutnya "pai o....tala ia o.....te...te so...ron...soron ama teti. Peran asa dan beringin adalah tumbuhan hidup yang juga sama-sama ciptaan Tuhan yang disebut dalam syair lagu ini sebagai "Ama teti (Bapa di atas).
Lagu-karya bapa Stani beraneka ragam baik lagu2 daerah gerajani maupun lagu2 yang bersifat profan tetapi tetap dalam sentuhan sastera daerah. Lagu Pana pai gawe gere yang biasa digunakan untuk penjemputan tamu besar atau terhormat. Begitupun lagu Ai go nama guru go....yang bisa ditafsir sebagai penghormatan kepada guru (hymne guru).
Ai go nama guru go....
Mang goe onaka.....
Sama kepa gapa nidi lolon
Guru mesti mampu menjadikan anak didik (mang goe o...naka..) bertumbuh dengan kecerdasan serta memupuk rasa persaudaraan (sama kepa gapa kalanidi).
Bagi saya pilihan tanaman bengkoang (kepa) dan Kalanidi (sayur/obat) menjadi menarik untuk dicermati jika dilihat dari fungsi peruntukannya. Bengkoang menjadi makanan umbi2an yang konon juga dijadikan sebagai bahan baku penghalus kulit (masker). Sementara Kalanidi adalah sebagai sayur2an yang juga digunakan sebagai obat penurun panas bagi balita. Ada sejenis korelasi sinergis antara bengkoang dan kalanidi yang oleh imajimasi komponis, pilihan diksi ini sebagai sebuah harapan yang mesti dicapai oleh anak dan itu peran dan tanggung jawab guru seperti tersirat dalam syair lagu dimaksud. Anak mesti cerdas sama seperti bengkoang dan kalanidi melata bersama (gapa) dalam satau pohon tumpangan. Anak mesti memiliki perangai dan tata krama yang halus atau sopan santun seperti tersirat dalam fungsi atau kegunaan dari bengkoang. Anak juga mesti memiliki sifat penolong dan penyembuh sebagaimana fungsi obat2an pada daun kalanidi. Anak juga mesti membangun sejenis kerja sama (jejaring) tanpa harus menyakiti walau dalam perebutan ruang sekalipun (kepa gapa kalanidi).
Imajinasi komponis memang luar biasa dalam penghayatan dan pemaknaan terhadap segalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai diksi atau ungkapan. Imajimasi sastra daerah spun sarat makna sehingga untuk mencermatinya mesti memahami dari hulu sampai hilir.
Penggunaan bahasa daerah maupun sastera daerahnya kini semakin tergerus oleh intervensi bahasa Indonesia ataupun sejenisnya di satu sisi dan mulai menurunnya kesadaran para pihak dalam menggunakan bahasa daerah. Ironisnya, kata2 dalam bahasa indonesia cenderung memperkaya bahasa daerah. Misalnya....ama teben te makan ki....... ina tambah nasi no sayur. Kata "makan" menggusur kata "ka'ten" dan kata tambah menggusur kata "pore atau tali. Penggunaan sastera daerah pun semakin jauh tergerus. Tidak heran kalau kemudian kebanyakan actor adat menggunakan bahasa indonesia dalam komunikasi adat.
Bagaimana bapa Stani dalam proses penyatuan imajinasi.
Imajinasi seniman dalam berkarya kadang muncul ketika ada obyek atau media, ataupun ada sebuah peristiwa sebagai pemicu maupun imajinasi bebas yang terkhayal. Ketika ada ide butuh kecepatan untuk mendokumenkan atau penulisnya pada secarik kertas atau media sejenisnya yang bisa digunakan. Tidak heran kalau bapa Stani kemudian menggunakan kertas, meja, batu, tembok atau bahan lain sejenisnya untuk mengguratkan hasil imajimasinya. Jika pada malam hari mungkin karena mimpi atau terbawah oleh suasana atapun efek dari mendengarkan bunyian walau sekecil desis suara.
Lagu-lagu yang berirama sedih seperti lagu2 arwa maupun beberapa paket jalan salib kebanyakan dikaryakan oleh bapa Stani ketika mama Oa Bribin dalam geliat ratapnya di malam hari. Lagu Ema Maria yang sering digunakan publik Lamaholot, dikaryakan bapa Stani sekitar tahun 1973 atau 1974 ketika mama Oa mulai terganggu psikisnya. Demikian juga lagu arwa "Bapa mo peten" mulai terbetik ketika mendengar ratapan mama Oa di malam hari.
"Bapa.... mo peten noon tuber rae lewo suker tudak e.....
Kri.....stus.....modi onem sudi noho rae lau tanah susa nula.
Solo :
Leron pana reman pai
Tuun tue wulan balik
Ama mio pole nato
Bele mio nenaf ia lewo tanah.
Salah satu hal kecil yang dilupakan bapa Stani adalah tidak adanya pendokumentasian sehingga menjadi sulit untuk pembuktian ke public. Kebiasaan bapa Stani adalah setelah lagu2 itu digubah dan dinyanyikan, catatan asli tidak disimpan atau didokumenkan. Maria Letek Sakeng dalam kekesalannya mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki catatan sangat lengkap dalam sekitar 4 buku tebal double folio tetapi raib setelah dipinjam bapa guru alm Ben Baon. Mungkin sudah beredar ke tangan lain dan tidak diamankan atau disimpan.ibu Edel Burin dan Maria Tuli Burin hanya menyimpan 3 atau 4 lagu dari tulisan tangan bapanya (StD Burin). Mungkin ama Polus Burin juga menyimpannya beberapa. Jika tidak maka mungkin bisa di crosschek kepada mereka yang masih tersimpan dalam ingatannya sejauh klupang belum merambatinya.
Setidaknya lagu-lagu karya bapa Stani secepatnya terdokumenkan biar menjadi kado terindah bagi sang komponis yang kini sudah di tepi batas mentari menyingsing.
Lejaf slekefa gapo ke nai serepa,selamat jalan ama Gur Stani,kami semua tetap mengingat budi baikmu sampaia akir masa hidup kami.@SSC 8 Juli 2019.Korvandus saverapal Sakeng/Protus Burin
COMMENTS