Pontianak (Kalbar), RN Sejak bulan Februari hingga 15 Mei 2020, sebanyak 1.653 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B) asal Kalimanta...
Pontianak (Kalbar), RN
Sejak bulan Februari hingga 15 Mei 2020, sebanyak 1.653 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B) asal Kalimantan Barat yang dideportasi dari Serawak, Malaysia.
"Dari bulan Februari hingga saat ini, PMI-B berjumlah 1.653 orang yang telah dilakukan Deportasi," kata Abdul Djalil, Kabid Rehsos Dinsos Provinsi Kalbar, di Kantornya, Jalan Sultan Syahrir Kota Pontianak, Jumat (15/5/2020) malam.
Menurut Kabid Rehsos, jumlah 1.653 orang tersebut termasuk dari jumlah 121 orang yang diterima saat ini. Dari 121 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah asal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, 102 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
"Permasalahan yang dialami oleh para PMI-B diantaranya, karena tidak memiliki Pasport dan tidak memiliki Permit kerja," ungkapnya.
Saat pemulangan dari Malaysia, seluruhnya telah dilakukan dan menjalani protokol kesehatan.
"Seluruh PMI-B telah menjalani Rapid Test di Malaysia dan PLBN Entikong dengan hasil Non Reaktif," jelas Abdul Djalil.
Untuk pengawasan selanjutnya, Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat menyerahkan kepada Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan masing-masing asal wilayah PMI-B yang dideportasi.
Kota Pontianak : 2 orang, Kota Singkawang : 9 orang, Kabupaten Kubu Raya : 11 orang, Kabupaten Mempawah : 13 orang, Kabupaten Sambas : 63 orang, Kabupaten Bengkayang : 9 orang, Kabupaten Landak : 7 orang, Kabupaten Sanggau : 5 orang, Kabupaten Sintang : 1 orang dan Kabupaten Kayong Utara : 1 orang
"Yang kami tampung saat ini berjumlah 54 orang, kami terkendala pemulangan ke daerah asal dikarenakan sulitnya melakukan koordinasi dengan Pelni," tutur Kabid Rehsos.
Sementara itu, Syaiful Bahri (33), salah satu pekerja asal Kota Pontianak yang dideportasi mengakui, bahwa Ia dideportasi karena tidak memiliki Pasport. Sebelumnya bekerja sebagai operator alat berat di perkebunan kelapa sawit wilayah Sibu, Malaysia.
Syaiful menuturkan, sebelumnya telah menjalani hukuman di Penjara wilayah Sibu selama 4 bulan. Selanjutnya di pindahkan ke penampungan Imigresen Serian, Malaysia. Ia menganggap perlakuan petugas selama di penjara Sibu Malaysia masih manusiawi, namun perlakuan kurang mengenakkan terjadi selama di penampungan Imigresen Serian, Malaysia.
"Hanya diberi makan 2x sehari dan terkadang nasi yang diberikan dalam kondisi basi ataupun masih mentah. Air minum hanya diberikan 2x setiap pembagian jatah makan dengan pembagian 1 botol isi 660 ml dibagi untuk 2-3 orang," tuturnya.
Bukan hanya itu, menurut pekerja asal kota Pontianak ini. Apabila yang mengeluhkan sakit, respon yang diberikan sangat lama bahkan terkadang tidak ditanggapi. Tempat yang kurang layak dimana ruangan sebesar 10x6 m² di huni oleh 80 sampai 85 orang.
"Sering terjadi kehilangan barang, seperti, pakaian, uang dan perangkat seluler, yang diduga diambil oleh petugas di imigresen Serian, Malaysia," ungkapnya.
Tetapi untuk tindakan kekerasan fisik, Syaiful mengakui bahwa tidak pernah mengalami ataupun melihat dilakukan terhadap para PMI-B.
"Hanya sekedar dibentak-bentak, dikarenakan mungkin karena kami ada salah," ujarnya.
Atas persoalan tersebut, dirinya juga mengatakan, bahwa untuk saat ini masih pikir-pikir untuk kembali ke Malaysia apabila tidak memiliki dokumen pendukung.
"Masih trauma dengan perlakuan yang diterima selama di penampungan Imigresen Serian, Malaysia," kesalnya.
Diketahui, 121 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B), sebelumnya dideportasi oleh pihak Depot Imigresen Semuja Malaysia melalui PLBN Terpadu Entikong, Kalimantan Barat (Kalbar). Selanjutnya dilaksanakan Penerimaan Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B) dengan Apel Pengecekan, Pemeriksaan Kesehatan oleh Tim Medis, Pengambilan konsumsi, dan Pendataan Asessmen di Kantor Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat, Jalan Sultan Syahrir Kota Pontianak, Jum'at, 15 Mei 2020, Pukul 21.00 s/d 23.45 WIB.
Adrian.
Sejak bulan Februari hingga 15 Mei 2020, sebanyak 1.653 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B) asal Kalimantan Barat yang dideportasi dari Serawak, Malaysia.
Menurut Kabid Rehsos, jumlah 1.653 orang tersebut termasuk dari jumlah 121 orang yang diterima saat ini. Dari 121 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah asal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat, 102 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
"Permasalahan yang dialami oleh para PMI-B diantaranya, karena tidak memiliki Pasport dan tidak memiliki Permit kerja," ungkapnya.
Saat pemulangan dari Malaysia, seluruhnya telah dilakukan dan menjalani protokol kesehatan.
"Seluruh PMI-B telah menjalani Rapid Test di Malaysia dan PLBN Entikong dengan hasil Non Reaktif," jelas Abdul Djalil.
Untuk pengawasan selanjutnya, Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat menyerahkan kepada Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan masing-masing asal wilayah PMI-B yang dideportasi.
"Yang kami tampung saat ini berjumlah 54 orang, kami terkendala pemulangan ke daerah asal dikarenakan sulitnya melakukan koordinasi dengan Pelni," tutur Kabid Rehsos.
Sementara itu, Syaiful Bahri (33), salah satu pekerja asal Kota Pontianak yang dideportasi mengakui, bahwa Ia dideportasi karena tidak memiliki Pasport. Sebelumnya bekerja sebagai operator alat berat di perkebunan kelapa sawit wilayah Sibu, Malaysia.
Syaiful menuturkan, sebelumnya telah menjalani hukuman di Penjara wilayah Sibu selama 4 bulan. Selanjutnya di pindahkan ke penampungan Imigresen Serian, Malaysia. Ia menganggap perlakuan petugas selama di penjara Sibu Malaysia masih manusiawi, namun perlakuan kurang mengenakkan terjadi selama di penampungan Imigresen Serian, Malaysia.
"Hanya diberi makan 2x sehari dan terkadang nasi yang diberikan dalam kondisi basi ataupun masih mentah. Air minum hanya diberikan 2x setiap pembagian jatah makan dengan pembagian 1 botol isi 660 ml dibagi untuk 2-3 orang," tuturnya.
Bukan hanya itu, menurut pekerja asal kota Pontianak ini. Apabila yang mengeluhkan sakit, respon yang diberikan sangat lama bahkan terkadang tidak ditanggapi. Tempat yang kurang layak dimana ruangan sebesar 10x6 m² di huni oleh 80 sampai 85 orang.
"Sering terjadi kehilangan barang, seperti, pakaian, uang dan perangkat seluler, yang diduga diambil oleh petugas di imigresen Serian, Malaysia," ungkapnya.
Tetapi untuk tindakan kekerasan fisik, Syaiful mengakui bahwa tidak pernah mengalami ataupun melihat dilakukan terhadap para PMI-B.
"Hanya sekedar dibentak-bentak, dikarenakan mungkin karena kami ada salah," ujarnya.
Atas persoalan tersebut, dirinya juga mengatakan, bahwa untuk saat ini masih pikir-pikir untuk kembali ke Malaysia apabila tidak memiliki dokumen pendukung.
"Masih trauma dengan perlakuan yang diterima selama di penampungan Imigresen Serian, Malaysia," kesalnya.
Diketahui, 121 Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B), sebelumnya dideportasi oleh pihak Depot Imigresen Semuja Malaysia melalui PLBN Terpadu Entikong, Kalimantan Barat (Kalbar). Selanjutnya dilaksanakan Penerimaan Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMI-B) dengan Apel Pengecekan, Pemeriksaan Kesehatan oleh Tim Medis, Pengambilan konsumsi, dan Pendataan Asessmen di Kantor Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat, Jalan Sultan Syahrir Kota Pontianak, Jum'at, 15 Mei 2020, Pukul 21.00 s/d 23.45 WIB.
Adrian.
COMMENTS