Nyaris Seperti Kota Mati, Begini Penampakan pertokoan Siliwangi Kuningan saat ini

Kuningan, RN Setelah ada kebijakan pemerintah daerah Tertangal 19 sampai 26  April 2024   Penutupan total ruas jalan utama di kawasan Pertok...

Kuningan, RN

Setelah ada kebijakan pemerintah daerah Tertangal 19 sampai 26  April 2024   Penutupan total ruas jalan utama di kawasan Pertokoan Siliwang Kabupaten Kuningan berbarengan dengan penertiban PKL ke ex SDN 17, kini area tersebut nyaris seperti kota mati sepi dari pengunjung.

Dilansir dari media online forwades hal tersebut berdampak rugikan sejumlah Pedagang di area Pertokoan tersebut seperti sederetan toko Emas dan lain sebagainya . 

Banyak masyarakat yang bertanya tanya terkait kebijakan pemerintah atas ditutup nya total jalan depan kompleks pertokoan Siliwangi,dan pastinya berdampak pada omset pengusaha di area tersebut semakin menurun.

Menurut OO Sebagai salah seorang pengusaha pertokoan Siliwangi yang terdampak mengatakan ,,pemasukan pembeli Emas turun ,sangat sangat drastis.

"Pemandangan memang indah bersih di lihatnya namun daya tarik  pembeli dan menjual emas  sepi," katanya 

Penutupan jalan depan komplek pertokoan Siliwangi Sebagai  bagian dari penataan pedagang kaki lima (PKL) dan parkir sepertinya menuai polemik di kalangan masyarakat. Bahkan dampak signifikan terhadap perekonomian pengusaha Pertokoan Siliwangi sangat terasa.

Belum lagi para pengendara yang hendak menuju lokasi di kawasan Taman Kota, mesti memutar arah akibat penutupan akses jalur utama pusat kota. Hal ini menyebabkan kemacetan di beberapa titik yang biasanya saat pagi hari, khususnya di pertigaan Bank BNI.

Elit Nurlitasari selaku warga Kuningan menyebut, jika kebijakan tersebut mestinya melibatkan pihak-pihak terdampak untuk berdiskusi langsung. Jangan sampai dengan kebijakan yang ada, justru menimbulkan polemik dan protes warga.

“Karena saya mendengar para pedagang di Pertokoan Siliwangi mengeluh. Itu akibat mengalami penurunan drastis omzet sejak penutupan jalan, sehingga sepi pembeli,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, para pedagang mengeluhkan bahwa jarak yang cukup jauh antara lokasi parkir dan pertokoan menyebabkan sepinya pembeli. Selain itu, masalah bongkar muat angkutan dan pengiriman barang berat menjadi kendala tambahan yang dihadapi para pedagang akibat penutupan jalan.

“Sejumlah pedagang menyatakan kekecewaan mereka terhadap keputusan penutupan jalan tersebut. Salah satu pedagang bahkan mengungkapkan bahwa omzetnya turun hingga 80 persen pasca penutupan jalan,” ujarnya.

Dirinya melihat, masalah parkir yang jauh dari tempat usaha juga menjadi perhatian para pedagang. Bahkan para pedagang Pertokoan Siliwangi berpendapat, penutupan jalan seharusnya tidak bersifat total, melainkan kendaraan masih diizinkan melewati area tersebut untuk keperluan pengiriman atau pengambilan barang hingga menurunkan penumpang angkot.

“Dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh para pedagang, penyelesaian yang adil dan berkelanjutan perlu diupayakan agar revitalisasi PKL dan parkir dapat berjalan dengan baik, tanpa mengorbankan perekonomian para pelaku usaha . Sehingga kebijakan itu bersifat mensejahterakan rakyat, kalau memang merugikan ya tinjau ulang atau evaluasi, karena tujuan utama kebijakan daerah demi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

(Fulls)