Kerapuhan Lambung Politik di Negeri ini

RN Pekanbaru. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada seorang filsuf. Filsuf itu namanya Jean-Jacques Rosseau. Wartawan itu bertanya...

RN Pekanbaru. Suatu waktu seorang wartawan bertanya pada seorang filsuf. Filsuf itu namanya Jean-Jacques Rosseau.
Wartawan itu bertanya begini pada Jean-Jacques Rosseau: "Profesor. Kira2 apa yang menyebabkan demokrasi gagal di Romawi, dan menyebabkan kerajaan Romawi itu runtuh?" Tanya wartawan tersebut. Sambil mendekatkan Mic ke mulut Jean-Jacques Rosseau.

Jean-Jacques Rosseau tersenyum mendengar pertanyaan wartawan itu. Sebab pertanyaan ini bagi Jean-Jacques Rosseau sendiri, sangat sulit dijumpai dikalangan para wartawan, bagi Jean-Jacques Rosseau, hanya wartawan yang "berpikir kritislah" yang mampu bertanya setajam ini padanya.

"Begini ya," kata Jean-Jacques Rosseau, "Demokrasi itu ibarat buah yang segar & bergizi, nikmat dirasa, sangat bagus buat pencernaan, tapi hanya lambung yg sehatlah yang bisa mencernanya." jelas Jean-Jacques Rosseau.

Begitu jawaban Jean-Jacques Rosseau didengar—wartawan itu hanya menganguk saja, lantas berpikir berulang-ulang. "Oh iya-ya, kalau lambung itu sehat tentu bisa mencernanya. Kalau tidak sehat, ya tentu sebaliknya. Saya sudah dapat jawabannya, yang menyebabkan demokrasi gagal di Romawi ya itu."

***
Dewasa ini kita memang dituntut untuk menjadi pembaca makna bukan pembaca kalimat. Lihatlah wartawan itu, kita bisa belajar banyak hal padanya. Lihatlah jawaban Jean-Jacques Rosseau, kita diajak berpikir sampai ke akar-akarnya, mencari dasar penyebab lambung yang tidak sehat, yang menyebabkan demokrasi gagal di Romawi, sehingga Romawi sampai tak dapat mencerna buah yang lezat lagi bergizi tersebut.

Pertanyaan kita hari ini juga sama tajamnya dengan pertanyaan wartawan yang bertanya pada Jean-Jacques Rosseau itu, bahwa lambung macam apa yang dimiliki oleh reformasi? Sehingga gagal mencerna dari buah reformasi? Siapa yang bisa menjawabnya? Saya berharap ada seseorang seperi Jean-Jacques Rosseau yang bisa membantu menjawabnya. Soalnya rata-rata kebanyakan, sudah gak ada lagi yang seperti Jean-Jacques Rosseau, yang ada hanya kaleng-kaleng belaka, yang sudah menjadi akademisi bayaran, yang memanipulasi sesuatu dengan argumen yang palsu. Illogical.

Kalau kita sedikit memiliki budaya membaca buku-buku, tentu kita tahu sedikit sejarah Eropa. Bahwa di Eropa, harga tomat naik 0,1 sen euro, itu perdana menterinya mundur dari jabatannya. Karena pernah berjanji tidak akan menaikkan harga tomat. Sadar diri Mentri itu. Luar biasa. Padahal kita umat Islam lebih dulu tahu tentang "sadar diri ini". Lihatlah dalam shalat, imam terkentut saja, walau pun tidak besar bunyinya harus memiliki sadar diri untuk mundur, diganti dengan yang lebih layak, yang bacanya merdu & fasih. Karena kessadaran diri itulah mentri Eropa mundur dari jabatannya. Sebab ia merasa bahwa lambungnya itu tidak sehat untuk mencerna buah demokrasi.

Kalau kita, harga-harga disuruh turun gak turun-turun, malah mencari cara untuk mengelak, ini karena oligarki-lah, karte-lah, dll, dsbnya. Bahkan sampai tak habis pikir, wartawan ikut-ikutan membenarkan itu, seolah wartawan paham tentang mikro & makro di dalam publik policy.
Jadi, kita sekarang berada di dalam kerapuhan lambung politik. Kerapuhan iyang menyebabkan kita gagal mencerna buah reformasi, buah yang disebut Jean-Jacques Rosseau sebagai buah yang bergizi, bagus buat pencernaan.

.penulis:Mahasiswa UIN Sutan Sari Kasim Pknbaru Riau, Apriyawan.