Petani : "Uangnya Nggak Penuh, Dipotong, Semuanya Dipotong ?"

Lampung Timur, RN . Menyikapi berita tentang biaya balas jasa yang disebut provisi atau kurtase baik dari penjual dan khususnya pe...

Lampung Timur, RN.

Menyikapi berita tentang biaya balas jasa yang disebut provisi atau kurtase baik dari penjual dan khususnya pembeli untuk makelar broker terindikasi tidak dibayar. Camat Kecamatan Way Bungur, Raden Gunawan mengatakan perihal itu tidak dibenarkan, iapun telah memberi saran tapi tidak digubris oleh Samsul Arifin Kepala Desa Tanjung Qencono. Padahal, selain menjabat Kepala Desa setempat, ia juga bergabung dalam satu tim dengan Sauji dan Narmi jadi broker tanah sejak 2012 lalu.

"Segala sesuatu yang tidak dibagi itu suatu hal yang tidak mungkin bisa, kalau dia berbagi sudah pasti aman, maka sampai jadi berita karena pecah kongsi. Samsul itu sudah saya berikan saran, tapi katanya cuma iya, iya terus"kata Raden Gunawan Rabu, 6/3 pukul 15:45 WIB kepada Radar Nusantara melalui sambungan telepon.

Pemilik tanah berinisial, Su mengatakan sawahnya dijual uangnya diduga dipotong untuk biaya ukur, infaq, surat keterangan tanah (SKT) dan kekurangan ukuran tanah, sedekah baik untuk orangtua jompo dan anak yatim piatu.

"Saya jual sawah uangnya dipotong untuk biaya ngukur, dikurangi lagi katanya untuk kekurangan tanah. Semuanya dipotong, untuk infaq sama SKT ya diambil dari potongan itu,"kata Su Rabu, 6/3 pukul 15:00 WIB yang ditemukan berada dekat kebun ubi kayu miliknya.

Ketika dikonfirmasi, pihak yang mengetahui secara detail bermula dari menghubungi Sauji, menemui Samsul, survei ke lokasi melihat tanah 23 hektar milik 60 orang petani dan dijual ke pembeli harga sekitar nilai Rp.13 miliar yang diwujudkan dalam surat hak milik (SHM) atau Sertifikat berjumlah 59 eksemplar.

"Awalnya saya telpon Sauji yang lagi di Bandar Lampung, aku serombongan di sarankan Sauji untuk temui Samsul, lobi melobi proyek itu sampe berjalan. Itu yang namanya serakah, bohongi uang hak orang lain. Saya yang mengondisikan mereka, malah Sauji ditinggalkan, padahal semua tidak mungkin bisa berjalan kalau tanpa saya. Saya tau tanah itu dibeli dari petani dan dijual Samsul ke pembeli harganya berapa. Disitu ada dataran DAS, tanah daratan dan tanah rawa,"ungkap sumber berinisial, Ak Sabtu, 9/3 kepada Radar Nusantara melalui handphone.

"Tahap awal, kedua sampai sekian bulan, tadinya Samsul gak mau tandatangan sebelum semuanya deal, tapi itu nyatanya sehabis dapet duit dia diem - diem ditandatanganinya. Saya tau siapa - siapa yang bermain, apa permainannya, kemana saja bagian uangnya, tunggu lihat saja kita bongkar semua permafiaan ini. Mereka berjanji lumayan ke saya, ke Narmi dan ada juga yang untuk Sauji, ada juga hak - hak masyarakat tapi akhirnya mereka itu yang dapat uang di telan sendiri."urainya.

Lebih parahnya, sebidang tanah 7,500 meter persegi yang telah ditanami 620 pohon karet oleh Sgy pemiliknya, akhirnya lahan karet itu di pagar tembok keliling tidak diberi jalan oleh Ni. Maka dengan terpaksa dijual dengan harga murah. Secara lisan pohon karet diminta Yono ke Ri namun akhirnya berbalik berdasarkan perjanjian, pembelian tanah berikut tanam tumbuh diatasnya.

"Gara - gara kami nggak mau jual, makanya di pagar keliling, kalau tanah yang deket ini tidak dijual aku mau bertahan, tapi karena cuma tinggal saya sendiri lagi maka nggak bisa berkutik lagi. Akhirnya terpaksa dijual murah harganya, kemarin ada tukang hand shaw datang mau nebang pohon karet, kata Ri sesuai surat perjanjian setiap pembelian tanah pasti berikut tanam tumbuh."ungkap Sgy Sabtu, 9/3 jam 10:00 WIB ditemui saat sedang menyadap pohon karet ditemani istrinya.

"Ada potongan katanya untuk ngurus padahal tanah ini sudah ada AJB (akta jual beli), untuk tarikan - tarikan apa, ada yang dipotong lebih dari kami bahkan ada yang lebih besar lagi dari itu."tutur Sgy.

Sebelumnya telah diterbitkan berita serupa pada edisi pertama dengan berita yang berjudul, "Jasa Broker Tidak Dibayar, Pembelian Tanah Dibatalkan ?" (Ropi/Sau)