Pontianak (Kalbar), RN Diduga karena ingkar dalam kesepakatan bersama, ratusan massa melakukan penutupan jalan mobilisasi PT. Ha...
Pontianak (Kalbar), RN
Diduga karena ingkar dalam kesepakatan bersama, ratusan massa melakukan penutupan jalan mobilisasi PT. Harita Prima Abadi Meneral (HPAM), di Washing Plant (WP, 1 dan 2 Batang Belian) Kecamatan Marau Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan barat, pada hari Kamis (14/11/2019).
Penutupan akses jalan Pertambangan biji boksit tersebut dilakukan oleh ratusan massa dari tiga Kecamatan. Kecamatan Air Upas, Kecamatan Marau dan Kecamatan Singkup. Sebelum lakukan aksi, massa melakukan ritual adat suku Dayak terlebih dahulu dengan mencurahkan tuak kesebuah tajau (tempayan). Beberapa Demong dan Dewan Adat menyampaikan pesan, agar dalam melakukan aksi, massa tidak melakukan tindakan anarkis.
"Kita melakukan aksi dengan tertib dan damai, jangan merusak aset aset milik perusahaan, jangan sampai membawa senjata tajam dan jangan membawa minum minuman keras,"pesan beberapa Demong dan Dewan Adat kepada ratusan warga yang mengikuti aksi tersebut.
Menurut koordinator aksi, Robet dan Apang, aksi dilakukan dikarenakan adanya pengingkaran kesepakatan antara masyarakat bersama PT. Harita Prima Abadi Meneral (HPAM) lantaran tidak menepati janji kepada masyarakat tentang kerja sama masalah angkutan muatan bijih bauksit. Bahkan menurut Kordinator Aksi, pihaknya sudah puluhan kali meminta kepada menejemen, bahkan sampai kepusat dengan mendapatkan surat pernyataan dari PT.HPAM bahwa kami bisa bekerja untuk menjadi bagian dari sub kontraktor di PT.Hpam.
"Sudah bertahun tahun masyarakat menunggu hasil dari kesepakatan itu namun tak kunjung direalisasikan,"tegas Koordinator aksi.
Lanjutnya, ternyata surat perjanjian yang di bubuhi tandatangan direksi PT.HPAM bermaterai enam ribu itu hanya isapan jempol belaka, makanya hari ini kita turun bersama masyarakat, jika aksi yang kami lakukan pada hari ini tidak direspon dengan baik oleh menejemen PT. HPAM, maka tidak mustahil kami kembali melakukan aksi yang jauh lebih besar dari sekarang",ungkapnya.
Sementara itu Irman, di Puti General Manager PT.Harita Group, menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa ada surat pernyatan Bersama yang di buat warga Air Upas dengan para petinggi di Jakarta, saat ini PT.Harita sudah menunjuk salah beberapa kontraktor yang mengerjakan kegiatan biji bauksit tersebut.
"Kalau masalah adminstrasi saya pun tidak mengetahui pasti berapa banyak yang ada anak perusahaan Harita Subcont PT.Harita , yang saya tau ada enam gitulah,"ungkap Irman, saat ditemui di kantor, Kamis (14/11/2019), siang. Sedangkan soal penyerapan tenaga kerja local hampir 50 persen yang jelas banyak di bidang kontraktor, untuk yang lain kita juga tidak mengetahui itu semua urusan Jakarta,"pungkasnya.
Pantauan dilapangan, ratusan mass dari tiga Kecamatan tersebut memasang tajau adat di jalan menuju WP 1 dan 2, massa meminta kepada Perusahaan agar tidak melakukan operasi selama tuntutan masyarakat belum dipenuhi.
Tim /Adrian
Diduga karena ingkar dalam kesepakatan bersama, ratusan massa melakukan penutupan jalan mobilisasi PT. Harita Prima Abadi Meneral (HPAM), di Washing Plant (WP, 1 dan 2 Batang Belian) Kecamatan Marau Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan barat, pada hari Kamis (14/11/2019).
Penutupan akses jalan Pertambangan biji boksit tersebut dilakukan oleh ratusan massa dari tiga Kecamatan. Kecamatan Air Upas, Kecamatan Marau dan Kecamatan Singkup. Sebelum lakukan aksi, massa melakukan ritual adat suku Dayak terlebih dahulu dengan mencurahkan tuak kesebuah tajau (tempayan). Beberapa Demong dan Dewan Adat menyampaikan pesan, agar dalam melakukan aksi, massa tidak melakukan tindakan anarkis.
"Kita melakukan aksi dengan tertib dan damai, jangan merusak aset aset milik perusahaan, jangan sampai membawa senjata tajam dan jangan membawa minum minuman keras,"pesan beberapa Demong dan Dewan Adat kepada ratusan warga yang mengikuti aksi tersebut.
Menurut koordinator aksi, Robet dan Apang, aksi dilakukan dikarenakan adanya pengingkaran kesepakatan antara masyarakat bersama PT. Harita Prima Abadi Meneral (HPAM) lantaran tidak menepati janji kepada masyarakat tentang kerja sama masalah angkutan muatan bijih bauksit. Bahkan menurut Kordinator Aksi, pihaknya sudah puluhan kali meminta kepada menejemen, bahkan sampai kepusat dengan mendapatkan surat pernyataan dari PT.HPAM bahwa kami bisa bekerja untuk menjadi bagian dari sub kontraktor di PT.Hpam.
"Sudah bertahun tahun masyarakat menunggu hasil dari kesepakatan itu namun tak kunjung direalisasikan,"tegas Koordinator aksi.
Lanjutnya, ternyata surat perjanjian yang di bubuhi tandatangan direksi PT.HPAM bermaterai enam ribu itu hanya isapan jempol belaka, makanya hari ini kita turun bersama masyarakat, jika aksi yang kami lakukan pada hari ini tidak direspon dengan baik oleh menejemen PT. HPAM, maka tidak mustahil kami kembali melakukan aksi yang jauh lebih besar dari sekarang",ungkapnya.
Sementara itu Irman, di Puti General Manager PT.Harita Group, menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa ada surat pernyatan Bersama yang di buat warga Air Upas dengan para petinggi di Jakarta, saat ini PT.Harita sudah menunjuk salah beberapa kontraktor yang mengerjakan kegiatan biji bauksit tersebut.
"Kalau masalah adminstrasi saya pun tidak mengetahui pasti berapa banyak yang ada anak perusahaan Harita Subcont PT.Harita , yang saya tau ada enam gitulah,"ungkap Irman, saat ditemui di kantor, Kamis (14/11/2019), siang. Sedangkan soal penyerapan tenaga kerja local hampir 50 persen yang jelas banyak di bidang kontraktor, untuk yang lain kita juga tidak mengetahui itu semua urusan Jakarta,"pungkasnya.
Pantauan dilapangan, ratusan mass dari tiga Kecamatan tersebut memasang tajau adat di jalan menuju WP 1 dan 2, massa meminta kepada Perusahaan agar tidak melakukan operasi selama tuntutan masyarakat belum dipenuhi.
Tim /Adrian
COMMENTS