SAMPIT-KALTENG-RN Sidang perdana kasus proyek pemerintah dengan menggunakan material galian C illegal untuk peningkatan jalan Simpang Ka...
SAMPIT-KALTENG-RN
Sidang perdana kasus proyek pemerintah dengan menggunakan material galian C illegal untuk peningkatan jalan Simpang Kalang - Tumbang Kalang yang dikerjakan oleh CV.CAHAYA MENTARI PERDANA (CV.CMP) sebagai pemenang Lelang (Kontraktor) dengan nilai kontrak enam miliar lebih digelar di Pengadilan Negeri Sampit, dengan agenda mendengarkan keterangan Saksi dan terdakwa, Kamis, 05 Desember 2019.
Informasi yang berhasil dihimpun oleh wartawan radarnusantara.com saat mengikuti jalan nya persidangan bahwa persidangan kasus ini sangat menarik untuk di ikuti, pasalnya Kontraktor berinial AH yang dihadirkan sebagai saksi sempat dimarahi hakim lantaran mencoba memberikan keterangan bohong, padahal terdakwa KH alias ET sudah mengakui perbuatannya bekerja secara illegal karena didesak AH pengadaan laterit illegal.
Sidang kali ini dipimpin oleh Hakim Majelis yang diketuai oleh AF Joko Sutrisno didampingi oleh dua orang hakim anggota menghadirkan 5 orang saksi yakni GG anggota polisi, AS operator alat berat, FS petugas tally, SU sebagai Supir truk dan AH sebagai Kontraktor, serta terdakwa KH alias ET.
Dalam kesaksiannya AH awalnya sempat tidak jujur kepada anggota majelis hakim Ega Shaktiana , AH mengatakan bahwa Laterit itu dibelinya dari terdakwa KH alias ET senilai Rp.300 ribu per ret untuk kepentingan menimbun kebun pribadi, keterangan itu membuat hakim ragu dan memaksa hakim marah lalu mencerca AH dengan beberapa pertanyaan yang akhirnya membuat AH kelimpungan untuk jujur dalam memberikan keterangan.
"Jangan berbohong, kalau bohong nanti saudara diangap berikan keterangan palsu bisa dijadikan tersangka," kata anggota majelis hakim Ega Shaktiana.
Hingga akhirnya dihadapan majelis itu AH yang sempat bersikukuh itu berterus terang mengakui kalau galian C itu untuk proyek pemerintah yang dimenanginya dengan nilai Rp 6 miliar lebih, majelis sempat mempertanyakan apakah KH memiliki atasan lagi kepada AH maupun saksi lainnya , mereka mengatakan mengaku tidak tahu secara persis, termasuk saat hakim menanyakan apa kaitan KH dan HY (Pemilik Alat Berat), mereka mengaku tidak tahu, tapi mereka membenarkan kalau KH kenal dengan HY.
Sementara KH mengaku mengeruk galin C itu karena didesak oleh AH padahal ia tahu kalau galian C itu tidak mengantongi izin yang lengkap, namun demikian tetap dikerjakan dengan menyewa alat berat milik HY.
Dari pengakuan para saksi kegiatan penambangan tanah latrit dengan menggunakan 1 unit Excavator merek Komatsu PC 200-8 warna kuning, di mana KH sebagai koordinator lapangan kegiatan penambangan tanpa izin tersebut, terdakwa KH mengakui bahwa tanah laterit itu digunakan untuk menimbun jalan atas perminataan AH yangmana terdakwa menjualnya per ret seharga Rp 300 ribu.
Sebagaimana diketahui bahwa Penambangan tanah uruk jenis Latrit dilakukan di lokasi penambangan di Jalan Andjar Sugianto, Desa Tumbang Kalang, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotim yang diamankan pada Selasa, 10 September 2019.
Sampai berita ini diterbitkan untuk sementara tersangka dalam kasus ini baru satu orang, sidang selanjutnya akan digelar Kamis, 12 Desember 2019 mendatang, publik masih mempertanyakan keterlibatan tersangka lain yang harus diseret dalam kasus ini * Misnato
Sidang perdana kasus proyek pemerintah dengan menggunakan material galian C illegal untuk peningkatan jalan Simpang Kalang - Tumbang Kalang yang dikerjakan oleh CV.CAHAYA MENTARI PERDANA (CV.CMP) sebagai pemenang Lelang (Kontraktor) dengan nilai kontrak enam miliar lebih digelar di Pengadilan Negeri Sampit, dengan agenda mendengarkan keterangan Saksi dan terdakwa, Kamis, 05 Desember 2019.
Informasi yang berhasil dihimpun oleh wartawan radarnusantara.com saat mengikuti jalan nya persidangan bahwa persidangan kasus ini sangat menarik untuk di ikuti, pasalnya Kontraktor berinial AH yang dihadirkan sebagai saksi sempat dimarahi hakim lantaran mencoba memberikan keterangan bohong, padahal terdakwa KH alias ET sudah mengakui perbuatannya bekerja secara illegal karena didesak AH pengadaan laterit illegal.
Sidang kali ini dipimpin oleh Hakim Majelis yang diketuai oleh AF Joko Sutrisno didampingi oleh dua orang hakim anggota menghadirkan 5 orang saksi yakni GG anggota polisi, AS operator alat berat, FS petugas tally, SU sebagai Supir truk dan AH sebagai Kontraktor, serta terdakwa KH alias ET.
Dalam kesaksiannya AH awalnya sempat tidak jujur kepada anggota majelis hakim Ega Shaktiana , AH mengatakan bahwa Laterit itu dibelinya dari terdakwa KH alias ET senilai Rp.300 ribu per ret untuk kepentingan menimbun kebun pribadi, keterangan itu membuat hakim ragu dan memaksa hakim marah lalu mencerca AH dengan beberapa pertanyaan yang akhirnya membuat AH kelimpungan untuk jujur dalam memberikan keterangan.
"Jangan berbohong, kalau bohong nanti saudara diangap berikan keterangan palsu bisa dijadikan tersangka," kata anggota majelis hakim Ega Shaktiana.
Hingga akhirnya dihadapan majelis itu AH yang sempat bersikukuh itu berterus terang mengakui kalau galian C itu untuk proyek pemerintah yang dimenanginya dengan nilai Rp 6 miliar lebih, majelis sempat mempertanyakan apakah KH memiliki atasan lagi kepada AH maupun saksi lainnya , mereka mengatakan mengaku tidak tahu secara persis, termasuk saat hakim menanyakan apa kaitan KH dan HY (Pemilik Alat Berat), mereka mengaku tidak tahu, tapi mereka membenarkan kalau KH kenal dengan HY.
Sementara KH mengaku mengeruk galin C itu karena didesak oleh AH padahal ia tahu kalau galian C itu tidak mengantongi izin yang lengkap, namun demikian tetap dikerjakan dengan menyewa alat berat milik HY.
Dari pengakuan para saksi kegiatan penambangan tanah latrit dengan menggunakan 1 unit Excavator merek Komatsu PC 200-8 warna kuning, di mana KH sebagai koordinator lapangan kegiatan penambangan tanpa izin tersebut, terdakwa KH mengakui bahwa tanah laterit itu digunakan untuk menimbun jalan atas perminataan AH yangmana terdakwa menjualnya per ret seharga Rp 300 ribu.
Sebagaimana diketahui bahwa Penambangan tanah uruk jenis Latrit dilakukan di lokasi penambangan di Jalan Andjar Sugianto, Desa Tumbang Kalang, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotim yang diamankan pada Selasa, 10 September 2019.
Sampai berita ini diterbitkan untuk sementara tersangka dalam kasus ini baru satu orang, sidang selanjutnya akan digelar Kamis, 12 Desember 2019 mendatang, publik masih mempertanyakan keterlibatan tersangka lain yang harus diseret dalam kasus ini * Misnato
COMMENTS