Rumah Kontrakan Ibu Sriyana Sorong Papua Barat -Radar Nusantara Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaa...
Sorong Papua Barat -Radar Nusantara
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan.
Seiring berjalannya waktu, dari pagi hingga panasnya terik matahari, dikala siang menjelang sore, disamping terminal seputaran pasar Doom Sorong kepulauan papua Barat, tepatnya di pinggiran pantai, sudah berderet para pencari sesuap nasi.Mereka pedagang gado-gado, kue, bakso dan nasi yang setiap hari mangkal disana. Meskipun yang didapat tak seberapa, tapi mereka tetap harus berjualan untuk menutupi kebutuhan mereka makan setiap hari.
Sriyana, seorang wanita yang sudah 25 tahun lamanya bekerja sebagai penjual gado-gado, bagi nya, jualan gado-gado itu bukan hal yang sulit, namun butuh kesabaran yang luar biasa untuk menunggu para pembeli datang untuk membelinya.Selain sebagai penjual gado-gado, dia juga berjualan gorengan disekitar rumah kontrakannya.Pekerjaan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan Keempat Anaknya yang masih duduk dibangku Sekolah. Sementara Suaminya yang dulu pekerjaannya hanya mendayung sebuah Becak, kini telah Meninggal Dunia sekitar 7 Tahun yang lalu.Hal tersebut dikatakan ibu Sriyana kepada wartawan Radar Nusantara, Senin (23/12/2019).
Betapa malang nasibnya Keluarga ibu Sriyana yang merupakan perantau yang datang dari Jawa Timur.“kami merantau datang ke Tanah Papua, untuk mencari peruntungan, beruntung nasip kami sangat bagus di perantauan walaupun cuman sekedar untuk makan dan minum”Ucap ibu Sriyana.
Tak mengenal lelah, Seorang ibu Janda yang sehari-hari dipangil Sri, setiap sorenya berjualan gado-gado di depan Pasar Rakyat Doom Jalan macantutul.Namun, modal dari hasil jualan gado-gado tersebut, adalah modal Simpan Pinjaman koperasi Harian yang harus dibayarnya 1 Hari Rp 20.000.Kemudian gado-gado yang ia jual seharga 10.000 sampai dengan 15.000.Penjualan setiap hari nya tidak menentu, terkadang laku dibeli habis, terkadang hanya terjual separu saja, itu lah yang harus saya sabarkan diri untuk menjual gado-gado.Kalau tidak sabar takut kebutuhan anak saya tidak cukup untuk membayar Uang sekolahnya.
Demi mencari Sesuap nasi, walaupun menjual gado-gado ini tidak menjanjikan, tapi sampai saat ini, saya bisa menyekolahkan anak saya, dan membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami, serta keinginan yang kuat, supaya anak saya tidak bernasip buruk sama seperti saya yang putus sekolah ditengah jalan, karena biaya pendidikan dan kehidupan yang semakin mahal pada zaman sekarang ini"Ungkapnya.
Sebagai Penyemangat saya untuk bekerja sebagai tukang jualan gado-gado ini, karena Anak saya ada empat yang masih duduk dibangku sekolah yaitu, suci (SD) Ermin (SMP) Fitri (SMP) dan Muhammad (SMA). Alhamdulillah sedikit demi sedikit Uang yang saya kumpulkan walaupun tak seberapa nilainya, tapi saya tetap berjuang keras untuk menyekolahkan mereka.
Selain itu , saya ingin supaya anak saya sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, agar nasib keluarga kami bisa berubah, sehingga mengenyam kesenangan, kebahagiaan, seperti yang dialami orang diluaran sana, serta bahagia dengan apa yang mereka miliki.Dengan jerih payah dan cucuran keringat, semoga anak kami menjadi orang yang berhasil, bermartabat, berguna bagi Nusa dan Bangsa"Pungkasnya. (Ristandi Tangke)
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan.
 |
| ibu Sriyana Sedang berjualan gado-gado |
 |
| keluarga Ibu Sriyana |
Betapa malang nasibnya Keluarga ibu Sriyana yang merupakan perantau yang datang dari Jawa Timur.“kami merantau datang ke Tanah Papua, untuk mencari peruntungan, beruntung nasip kami sangat bagus di perantauan walaupun cuman sekedar untuk makan dan minum”Ucap ibu Sriyana.
Tak mengenal lelah, Seorang ibu Janda yang sehari-hari dipangil Sri, setiap sorenya berjualan gado-gado di depan Pasar Rakyat Doom Jalan macantutul.Namun, modal dari hasil jualan gado-gado tersebut, adalah modal Simpan Pinjaman koperasi Harian yang harus dibayarnya 1 Hari Rp 20.000.Kemudian gado-gado yang ia jual seharga 10.000 sampai dengan 15.000.Penjualan setiap hari nya tidak menentu, terkadang laku dibeli habis, terkadang hanya terjual separu saja, itu lah yang harus saya sabarkan diri untuk menjual gado-gado.Kalau tidak sabar takut kebutuhan anak saya tidak cukup untuk membayar Uang sekolahnya.
Demi mencari Sesuap nasi, walaupun menjual gado-gado ini tidak menjanjikan, tapi sampai saat ini, saya bisa menyekolahkan anak saya, dan membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami, serta keinginan yang kuat, supaya anak saya tidak bernasip buruk sama seperti saya yang putus sekolah ditengah jalan, karena biaya pendidikan dan kehidupan yang semakin mahal pada zaman sekarang ini"Ungkapnya.
Sebagai Penyemangat saya untuk bekerja sebagai tukang jualan gado-gado ini, karena Anak saya ada empat yang masih duduk dibangku sekolah yaitu, suci (SD) Ermin (SMP) Fitri (SMP) dan Muhammad (SMA). Alhamdulillah sedikit demi sedikit Uang yang saya kumpulkan walaupun tak seberapa nilainya, tapi saya tetap berjuang keras untuk menyekolahkan mereka.
Selain itu , saya ingin supaya anak saya sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, agar nasib keluarga kami bisa berubah, sehingga mengenyam kesenangan, kebahagiaan, seperti yang dialami orang diluaran sana, serta bahagia dengan apa yang mereka miliki.Dengan jerih payah dan cucuran keringat, semoga anak kami menjadi orang yang berhasil, bermartabat, berguna bagi Nusa dan Bangsa"Pungkasnya. (Ristandi Tangke)
COMMENTS