Tokoh Aktivist ,Turut Prihatin Melihat Warga Pancer.

Banyuwangi, RN Ada hal miris yang saat ini dirasakan oleh sebagian warga Dusun Pancer Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran akibat adanya ...

Modus korupsi SDA pada sektor pertambangan

KPUD Banyuwangi Ghatering bersama Media dan LSM dalam sosialisasi pemilih

Oleng karena Senggolan, Wanita Paruh Baya Tewas Tersambar truk trailler

Banyuwangi, RN
Ada hal miris yang saat ini dirasakan oleh sebagian warga Dusun Pancer Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran akibat adanya aktivitas perusahaan tambang emas diwilayahnya.

Kini kehidupan sosial mereka terpecah belah antara warga yang tolak dan warga yang pro atau mendukung adanya perusahaan tambang emas Gunung Tumpang Pitu.

Dengan terciptanya dua kubu dilingkungan mereka, kini hubungan sosial diantara merekapun juga ikut terganggu, ada yang harus berhadap-hadapan dengan tetangga dekat dan juga keluarga mereka sendiri saat ada aksi yang digelar.

Seperti yang saat ini terjadi, dimana kubu warga tolak tambang sedang menggelar aksi penghadangan terhadap tim peneliti dari salahsatu Universitas bersama tim perusahaan tambang emas yang akan melakukan penelitian material di gunung Salakan dan sekitarnya.

Warga menghadang tim peneliti itu karena mencurigai jika penelitian itu hanya kedok perusahaan tambang emas Gunung Tumpang Pitu yang ingin memperluas wilayah pertambangannya.

Dan yang lebih memprihatinkan dialami oleh Poniyah seorang warga Dusun Pancer, dimana saat aksi penghadangan kali ini dirinya harus berhadapan dengan anak kandungnya sendiri yang ternyata ikut direkrut dan dipekerjakan oleh perusahaan tambang emas Gunung Tumpang Pitu untuk mengawal para tim peneliti yang mau masuk ke Gunung Salakan.

"Kemarin saat terjadi kericuhan antara warga tolak tambang dengan para pekerja perusahaan tambang yang mendampingi para peneliti saya lihat anak laki-laki saya ada diantara pekerja itu mas, hati saya benar-benar teriris pedih saat itu, perusahaan tambang benar-benar mengadu domba dan memecah belah kami disini", tutur Poniyah kepada wartawan yang menemuinya dilokasi aksi pada hari Senin (20/1/20).

Poniyah juga menambahkan kalau saat ini, anak laki-lakinya itu sudah berhenti dan tidak bekerja lagi diperusahaan tambang setelah dirinya siap mati dibunuh anaknya sendiri jika ada kericuhan lagi.

Dampak terjadinya warga mengundang keprihatinan seorang  tokoh senior aktivis LSM kondang Suburiyanto , aktivis asli Pesanggaran itu menyatakan jika apa yang terjadi diantara warga Dusun Pancer adalah akibat dari politik adu domba yang diterapkan perusahaan tambang emas Gunung Tumpang Pitu.

"Perusahaan seperti sengaja mengadu domba antara warga dengan aparat, warga dengan warga dan juga antar saudara, hal ini seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah ,karena jika dibiarkan dikhawatirkan akan terjadi konflik yang bisa merugikan semuanya", papar Suburiyanto dengan tegasnya.

(Tim)